BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Inkuiri berasal dari kata to Inquire (inkuiri) yang berarti ikut serta atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan
melakukan penyelidikan. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri.
Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi
secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang
secara utuh, baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena
itu, dalam proses perencanaan pembelajaran guru bukanlah mempersiapkan sejumlah
materi yang harus dihafal, tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan
siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran
Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analistis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari model pembelajaran inquiry?
2. Apa
karakteristik dari model pembelajaran inquiry?
3. Bagaiamana langkah-langkah
dalam model pembelajaran inquiry?
4. Apa teknik dari model pembelajaran inquiry?
5. Apa peran
siswa dan guru dalam model inkuiry?
6. Apa saja
keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran inquiry?
1.3.Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dari model pembelajaran inquiry
2.
Mengetahui karakteristik dari model pembelajaran
inquiry
3.
Mengetahui bagaiamana langkah-langkah dalam model
pembelajaran inquiry
4.
Mengetahui apa teknik dari model pembelajaran inquiry
5.
Mengetahui peran siswa dan guru dalam model inkuiry
6.
Mengetahui apa saja keunggulan dan kelemahan dari
model pembelajaran inquiry
1.4.Manfaat
Penulisan
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengetahui
tentang pembelajaran inquiry.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry
Inkuiri berasal dari kata to
inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa
pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk
membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan
proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari
pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk
membangun kemampuan itu.
Model inkuiri merupakan salah satu
model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses
belajar. Pembelajaran dengan model inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richard Suchman tahun 1962 (Joyce,
2000). Ia menginginkan agar siswa bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi,
kemudian ia mengajarkan pada siswa mengenai prosedur dan menggunakan organisasi
pengetahuan dan prinsip-prinsip umum. Siswa melakukan kegiatan, mengumpulkan
dan menganalisa data, sampai akhirnya siswa menemukan jawaban dari pertanyaan
itu. Model inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri
(Gulo, 2002:84).
Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973)
sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan
eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas
pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
Kuslan Stone
(Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan
anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan
dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi
yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu
persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu
prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas (Hamalik, 1991).
Wilson
(Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses
pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan
suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan
keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional (Bruce &
Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce , Cleaf (1991)
menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas
yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang
berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan
menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh
ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi.
Sementara itu, Trowbridge (1990) menjelaskan model inkuiri sebagai proses
mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah
tersebut. Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari pengajaran
inkuiri adalah menata lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada siswa
dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip ilmiah.
Senada dengan pendapat Trowbridge,
Amien (1987) dan Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu
perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai
tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,
menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Model
pembelajaran inquiry terbagi atas dua model, yaitu :
a) Inquiry
Deduktif
Inkuiri deduktif adalah model inkuiri yang
permasalahannya berasal dari guru. Siswa dalam inkuiri deduktif diminta untuk
menentukan teori/konsep yang digunakan dalam proses pemecahan masalah.
b) Inquiry
Induktif
Inkuiri induktif adalah model inkuiri yang penetapan masalahnya ditentukan
sendiri oleh siswa sesuai dengan bahan/materi ajar yang akan dipelajari
2.2. Karakteristik model pembelajaran inquiry
Menurut Muslich (2008), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik atau ciri-ciri utama pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran inquiry menekankan
pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya
pembelajaran inquiry menempatkan
siswa sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang
dipertanyakan sehingga dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
3. Membuka intelegensi siswa dan mengembangkan daya kreativitas siswa.
4. Memberikan kebebasan pada siswa untuk berinisiatif dan bertindak.
5. Mendorong siswa untuk berfikir intensif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
6. Proses interaksi belajar mengajar mengarahkan pada perubahan dari teacher centered kepada student centered.
2.3. Langkah-langkah
Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Putrayasa (1984) langkah-langkah dalam model pembelajaran
sebagai
berikut.
1. Tahap pertama (Menginformasikan tujuan pembelajaran)
Sebelum guru mengemukakan masalah yang
akan dikerjakan siswa, terlebih dahulu guru menentukan tujuan yang ingin
dicapai dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri tanpa memberi informasi
tentang teori yang akan dipelajari dan apersepsi. Selanjutnya, guru membagikan
sebuah LKS yang di dalamnya terdapat bacaan, mereka diberikan waktu beberapa
menit untuk memahami bacaan tersebut.
2. Tahap kedua (Mengajukan permasalahan)
Pada tahap ini guru mengajukan
permasalahan (teka-teki) yang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk menemukan
pendapatnya. Permasalahan tersebut berupa tugas atau pertanyaan.
3. Tahap ketiga (Siswa menetapkan hipotesis dan melakukan proses
penyelidikan).
Pada tahap ini siswa menetapkan
hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut. Hipotesis yang ditetapkan
berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang diajukan guru. Pada tahap ini
terdapat dua kemungkinan yang muncul, yaitu: (3.1) siswa secara spontan
melakukan penyelidikan atau penjelajahan tentang informasi/data untuk menguji
hipotesis yang ditetapkan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Selanjutnya, siswa menarik kesimpulan; dan (3.2) siswa tidak banyak berusaha
mencari informasi untuk membuktikan hipotesis. Di sinilah guru membantu siswa,
mendorong melakukan kegiatan belajar untuk mencari informasi berkaitan dengan
permasalahan yang diajukan guru. Jawaban guru atas pertanyaan siswa hanya
berkisar ya atau tidak, karena dalam model inkuiri ini siswa
sendiri yang menemukan jawaban permasalahan yang diberikan oleh guru.
4. Tahap keempat (Presentasi hasil penyelidikan oleh siswa).
Pada tahap ini siswa
mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/menarik simpulan. Selanjutnya,
guru mengumpulkan hasil penyelidikan/eksperimen. Agar seluruh siswa yang ada
dalam kelas terlibat untuk memecahkan permasalahan tersebut, maka setiap siswa
mendapat giliran untuk memberikan alasan atau hasil pekerjaannya. Dengan
demikian, siswa diarahkan untuk menjawab permasalahan tersebut.
5. Tahap kelima (Penarikan simpulan bersama).
Pada tahap ini guru mengajak dan
membimbing siswa untuk merumuskan dan menemukan sendiri teori berdasarkan
fakta-fakta yang mereka temukan dari hasil tanya jawab di dalam kelas.
Selanjutnya, guru memberi komentar dan penjelasan tentang hasil temuan mereka
dan menjelaskan kembali teori atau konsep yang telah ditemukan.
Menurut Sanjaya
(2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini, guru mengkondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang
sangat penting. Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada
kemampuan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan
orientasi ini adalah sebagai berikut.
1. menjelaskan topic, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa
2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan
3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2.
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
kepada sesuatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan maslaah yang ingin dikaji disebabkan masalah
itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri,
melalui proses tersebut, siswa akan memperoleh pengalaman yang sanagt berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3.
Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu
diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam model
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual.
5.
Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikannya. Disamping itu, menguji
hipotesis juga berrati mengembangkan kemmapuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
6.
Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Dengan
melihat langkah-langkah di atas, maka model pembelajaran inquiry akan efektif manakala:
1.
Guru
mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang
ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam pembelajaran inquiry penguasan, materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama
pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
2.
Jika bahan
pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah
jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3.
Jika proses
pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4.
Jika guru
akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan
kemampuan berpikir. pembelajaran inquiry
akan kurang berhasil diterapakan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan
untuk berpikir.
5.
Jika jumlah
siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6.
Jika guru
memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada
siswa.
2.4. Teknik model pembelajaran inquiry
Adapun
teknik model pembelajaran inquiry
dapat dikemukakan atau dapat dilihat sebagai berikut:
1.
Dapat
membantu dan mengembangkan konsep pada diri siswa, sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide
lebih baik.
2.
Membantu dan
menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3.
Membantu
siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif,
jujur dan terbuka.
4.
Memberi
kepuasan yang bersifat intrinsik.
5.
Situasi
proses belajar menjadi lebih merangsang.
6.
Dapat
mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
7.
Memberi
kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
2.5 Peran
siswa dan guru dalam model inkuiri
Secara sederhana, peran siswa dan
guru dalam model inkuiri ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Inkuiri
|
Peran Guru
|
Peran Siswa
|
Sedikit bimbingan
|
Menyatakan persoalan
|
Menemukan pemecahan
|
Banyak bimbingan
|
Menyatakan
persoalan
Memberikan
bimbingan
|
Mengikuti petunjuk
Menemukan penyelesaian
|
2.6. Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inquiry
1.
Keunggulan
Model pembelajaran inquiry
merupakan model pembelajaran yang banyak di anjurkan dan digunakan di sekolah
khususnya sekolah dasar. Menurut sanjaya (2006) ada beberapa keunggulan dari
model pembelajaran ini diantaranya adalah:
a. Model pembelajaran inquiry merupakan
model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap
lebih bermakna.
b. Model pembelajaran inquiry dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Model pembelajaran inquiry merupakan
model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi moderen
yang mengagap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata,
artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
2. Kelemahan
Disamping memiliki keunggulan, model pembelajaran inquiry juga memiliki kelemahan. Sebagaimana dikemukakan oleh
sanjaya (2006) kelemahannya antara lain:
a. Jika model pembelajaran inquiry
digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
b. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena itu terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
3.2 Saran
Diharapkan para mahasiswa dapat memahami pengertian
asam nukleat dan strukturnya. Meskipun begitu kami sadar akan banyaknya
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, penulis mengharapkan para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, R.W. (1991). Teori-teori
Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. (1993). Kurikulum
Pendidikan Dasar GBPP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta:
Depdikbud.
Hamalik, O. (1991). Strategi
Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.
Joyce, B. & M. Weil. (1980).
Models of Teaching. Boston-London: Allyn and Bacon.
Lyons, J. (1995). Introduction
to Theoretical Linguistics. New York: Melbourne.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar