Sabtu, 28 April 2018

Laporan Lengkap Fisiologi Tumbuhan Penyerapan Air Oleh Biji Yang Berkecambah

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
 


                               


Disusun Oleh :

Rohmatul Khawasitin           ACD 115 016














PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2018





 

I.         Topik       : Penyerapan Air Oleh Biji Yang Berkecambah

II.      Tujuan    : Mengetahui kecepatan imbibisi biji yang direndam air

III.   Dasar Teori
Imbibisi adalah penyerapan air (absorbsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai suatu zat penyusun dari bahan yang berupa koloid. Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman. Namun, penyerapan yang dimaksudkan disini yaitu penyerapan air oleh biji kering. Biji adalah ovule yang dewasa.Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada legume,tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,yaitu: embrio dan kulit biji (Seed coat atau testa). Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis.
Setiap biji yang sangat muda dan sedang tumbuh, selalu terdri atas tiga bagian yaitu embrio, kulit biji (seed coat), dan endosperm. Endosperm yaitu suatu jaringan penyimpanan makanan cadangan (storage tissue) yang mana diserap oleh embryo sebelum atau selama perkecambahan biji dan selalu terdapat di dalam biji yang sangat muda. Pada legumes (kacang-kacangan), biji mempunyai 2 kotiledon tanpa endosperm. Kulit biji pada legume pada umumnya mudah dilepaskan dari biji setelah perendaman dengan air panas sehingga terlihat seluruh biji atau embryo (Gardiner, 1991).
Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah:
  1. Permeabilitas kulit atau membran biji
  2. Konsentrasi air, karena air masuk secara difusi (dari konsentrasi rendah ke tinggi), maka konsentrasi larutan di luar biji tidak lebih pekat dari dalam biji.
  3. Suhu air, Suhu air tinggi, energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi 
  4. Tekanan hidrostatik, ketika volume air dalam membrane biji telah sampai pada batas tertentu, akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga kecepatan penyerapan air menurun. 
  5. Luas permukaan biji yang kontak dengan air, Berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air 
  6. Daya intermolekuler, makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji
  7. Spesies dan varietas, Berhubungan dengan faktor genetik yang menentukan susunan kulit biji 
  8. Tingkat kemasakan, biji makin masak, kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air meningkat 
  9. Komposisi kimia biji 
  10. Umur, Berhubungan dengan lama penyimpanan makin lama disimpan, makin sulit menyerap air.

IV.   Alat dan Bahan
Tabel alat
No
Nama alat
Jumlah
1
Neraca analitik
1 buah
2
Piring
1 buah
3
Beaker glass
5 buah
4
ATK
1 set
5
Handphone
1 buah
6
Allumunium foil
Secukupnya
7
Pinset
1 buah




Tabel bahan
No
Nama bahan
Jumlah
1
Kacang kedelai
25 biji
2
Kacang hijau
25 biji
3
Air
30 ml
4
Tisu
Secukupnya





V.      Prosedur Kerja
  1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan dibutuhkan pada praktikum
  2. Memberikan label pada 5 beakaer glass dengan tanda A-E
  3. Memilih 25 biji kacang kedelai dan 25 biji kacang hijau yang  tidak rusak
  4. Memasukkan 5 biji kacang kedelai dan 5 biji kacang hijau kedalam beaker glass yang berlabel A, begitupun seterusnya untuk beaker glass yang berlabel B-E
  5. Menimbang 5 biji kacang kedelai dan 5 biji kacang hijau kedalam beaker glass yang berlabel A, begitupun seterusnya untuk beaker glass yang berlabel B-E dan mencatat berat dari kacang-kacang tersebut
  6. Setelah menimbang dan memasukan kembali kacang-kacang tersebut ke masing-masing beaker glass, masukkan air sebanyak 30 ml untuk perendaman. (waktu awal perendaman yang kami gunakan mulai dari 07.40 WIB)
  7. Setelah direndam, menunggu selama 1 jam
  8. Setelah 1 jam (08.40 WIB) dilakukan penimbangan terhadap 5 biji kacang kedelai dan 5 biji kacang hijau kedalam beaker glass yang berlabel A, begitupun seterusnya untuk beaker glass yang berlabel B-E dan mencatat berat dari kacang-kacang tersebut
  9. Kemudian menunggu 3 jam untuk perendaman kembali
  10. Setelah 3 jam ( 10.40 WIB) dilakukan penimbangan terhadap 5 biji kacang kedelai dan 5 biji kacang hijau kedalam beaker glass yang berlabel A, begitupun seterusnya untuk beaker glass yang berlabel B-E dan mencatat berat dari kacang-kacang tersebut
  11. Kemudian menunggu 6 jam untuk perendaman kembali
  12. Setelah 6  jam ( 01.40 WIB) dilakukan penimbangan terhadap 5 biji kacang kedelai dan 5 biji kacang hijau kedalam beaker glass yang berlabel A, begitupun seterusnya untuk beaker glass yang berlabel B-E dan mencatat berat dari kacang-kacang tersebut
  13. Kemudian menunggu 9 jam untuk perendaman kembali
  14. Setelah 9  jam ( 16.40 WIB) dilakukan penimbangan terhadap 5 biji kacang kedelai dan 5 biji kacang hijau kedalam beaker glass yang berlabel A, begitupun seterusnya untuk beaker glass yang berlabel B-E dan mencatat berat dari kacang-kacang tersebut
  15. Kemudian menunggu 12 jam untuk perendaman kembali
  16. Setelah 12  jam ( 19.40 WIB) dilakukan penimbangan terhadap 5 biji kacang kedelai dan 5 biji kacang hijau kedalam beaker glass yang berlabel A, begitupun seterusnya untuk beaker glass yang berlabel B-E dan mencatat berat dari kacang-kacang tersebut
  17. Kemudian menunggu 24 jam untuk perendaman kembali
  18. Setelah 24  jam ( 07.40 WIB) dilakukan penimbangan terhadap 5 biji kacang kedelai dan 5 biji kacang hijau kedalam beaker glass yang berlabel A, begitupun seterusnya untuk beaker glass yang berlabel B-E dan mencatat berat dari kacang-kacang tersebut
  19. Membuat grafik pada laporan sementara
  20. Membersihkan alat dan bahan yang sudah digunakan pada praktikum






VI.   Hasil Pengamatan
Gambar Hasil Pengamatan
Keterangan
     
Belum mengalami imbibisi



      
Belum mengalami imbibisi




Tabel hasil pengamatan
Gelas
Perlakuan (jam ke..) berat (gr)


0
1
3
6
9
12
24
A
K.K
K.H
0,90
0,30
1,68
0,48
2,22
0,73
2,02
0,58
2,03
0,68
2,16
0,82
2,21
0,96
B
K.K
K.H
0,90
0,30
1,60
0,48
2,19
0,73
2,09
0,60
2,14
0,68
2,29
0,79
2,32
0,92
C
K.K
K.H
0,90
0,30
1,50
0,46
2,07
0,73
1,91
0,59
1,93
0,64
2,10
0,79
2,10
0,91
D
K.K
K.H
0,80
0,20
1,38
0,45
1,97
0,72
1,85
0,60
1,86
0,63
2,00
0,81
2,06
0,91
E
K.K
K.H
0,80
0,30
1,52
0,51
2,01
0,78
1,83
0,64
1,80
0,71
1,97
0,87
1,96
1,00




VII. Pembahasan 
Beradasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukakan yaitu dengan tujuan mengetahui kecepatan imbibisi biji yang direndam air, didapatkan data yang menunjukkan bahwa kacang kedelai dan kacang hijau telah  mengalami imbibisi atau penyerapan air oleh biji. Hal ini diketahui berdasarkan berat biji yang semakin bertambah setelah dilakukan perendaman selama beberapa jam.
Air yang diserap oleh biji didalam beaker glass, adapun proses masuknya air kedalam biji terdapat berbagai cara antara lain masuk secara imbibisi (perembesan) dengan menggunakan bagian kulit biji, dan secara difusi dengan menggunakan organ raphe, mikrofil, dan hilum. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah konsentrasi air, karena air masuk secara difusi (dari konsentrasi rendah ke tinggi), maka konsentrasi larutan di luar biji tidak lebih pekat dari dalam biji, Suhu air, suhu air tinggi, energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi  dan tekanan hidrostatik, ketika volume air dalam membrane biji telah sampai pada batas tertentu, akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga kecepatan penyerapan air menurun. 
Pada pengamatan kami biji yang lebih cepat menyerap air adalah kacang kedelai, karena dilihat dari tekstur bijinya yang tidak terlalu keras daripada kacang hijau, dan biji kacang kedelai tidak dilapisi oleh kulit. Dan pada kedelai terkandung senyawa higroskopik yang kemudian dapat menarik air  dengan cepat agar terserap ke dalam sel dan terjadilah proses imbibisi.



VIII.  Diskusi
Soal
1.      Dengan cara apa air diserap oleh biji ? Dan jelaskan bagaimana mekanisme penyerapan tersebut !
2.      Diantara kedua biji yang saudara amati manakah yang paling banyak menyerap air dan jelaskan apa alasannya !

Jawaban
1.      Dengan cara imbibisi, Adapun proses masuknya air kedalam biji terdapat berbagai cara antara lain : masuk secara imbibisi (perembesan) dengan menggunakan bagian kulit biji, dan secara difusi dengan menggunakan organ raphe, mikrofil, dan hilum.
2.      Menurut saya yang lebih cepat menyerap air adalah kacang kedelai, karena dilihat dari tekstur bijinya yang tidak terlalu keras daripada kacang hijau, dan biji kacang kedelai tidak dilapisi oleh kulit. Dan pada kedelai terkandung senyawa higroskopik yang kemudian dapat menarik air  dengan cepat agar terserap ke dalam sel dan terjadilah proses imbibisi.

IX.        Kesimpulan Dan Saran
A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu dengan tujuan mengetahui kecepatan imbibisi biji yang direndam air, pada saat melakukan percobaan didapatkan data yang menunjukkan bahwa kacang kedelai dan kacang hijau telah  mengalami imbibisi atau penyerapan air oleh biji. Hal ini diketahui berdasarkan berat biji yang semakin bertambah setelah dilakukan perendaman selama beberapa jam.
B.     Saran 
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu setelah melakukan perendaman, biji dikeringkan dengan kertas saring sebaik mungkin agar sisa-sisa air yang masih menempel pada biji tidak mempengaruhi berat biji pada saat penimbangan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.




X.           Daftar Pustaka

Gardiner, dkk. 1991.  Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia UI Press.
Salisbury, dkk. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Sasmitamihardja, D. 1996. Laporan Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB

Anonim. 2009. Laporan Praktikum Imbibisi. Dari https://fheeyraredzqiiy.wordpress.com/2009/12/08/laporan-praktikum-imbibisi/. Diambil pada tanggal 11 april 2018.
Anonim. 2015.  Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Imbibisi . dari https://sifaazmi-susilowati.blogspot.co.id/2015/02/imbibisi-laporan-praktikum-fisiologi.html. Diambil pada tanggal 11 april 2018